Recent

Syeikh Abul Hasan Asy Syadzili : Tentang "Siksaan"

Siksaan itu terdiri dari empat macam : 1. Siksaan melalui adzab. 2. Siksaan melalui hijab. 3. Siksaan melalui pengekangan , dan 4. Siksaan ...

Gus Dur : Tentang tasawuf dan Wihdatul Wujud (Manunggaling kawula lan Gusti)

Di dalam sebuah buku, Alwi Shihab pernah memaparkan bahwa penyebaran Islam di Negeri ini dilakukan antara lain oleh kaum Ulama pesantren.

Dari Mujahadah ke Muraqabah, sampailah pada Musyahadah

Mujahadah : Berjihad menumpas hawa nafsu yang menghalangi jiwa untuk dekat kepada Allah Ta’ala. Muraqabah : Memperhatikan gerak-gerik hati,...

Kita sering merasa yakin, tahukah apa itu "Yakin"?

Dan diantara tanda-tanda Ulama’ Akhirat itu ialah sangat bersungguh-sungguh menguatkan keyakinan. Karena keyakinan itu adalah modal Agama....

Menjadi Manusia Yang Manusiawi

Maksud dari kalimat "Manusia yang manusiawi" adalah menjadi manusia yang baik dan benar, serta manusia yang benar dan baik.

Saturday, February 20, 2016

Perhiasan orang-orang yang berakal

Sahabat Abu Bakar Ash-Shidiq RA bersabda:
Delapan perkara yang menjadi perhiasan bagi delapan perkara yang lain adalah:

- Menahan diri untuk meminta-minta merupakan perhiasan bagi orang yang faqir. Rasulullah SAW bersabda: "Pemberian orang mu'min di dunia adalah kefaqiran".
- Bersyukur merupakan perhiasan kenikmatan. Sebab bersyukur itu adalah penyebab terwujudnya nikmat yang tidak pernah hilang dan sebagai lantaran turunnya nikmat yang lain yang belum pernah dimilliki.

Perhiasan orang-orang yang berakal
Sumber gambar: allah-is-the-one.blogspot.com

- Kesabaran merupakan perhiasan suatu musibah. Sebagaimana Rasulullah SAW pernah bersabda: "Kesabaran itu dapat menjadi penutup dari segala kesusahan dan penolong untuk segala kesulitan"
- Tawadlu' merupakan perhiasan bagi orang yang memiliki kedudukan mulia. Dan diantara tanda-tanda ketawadlu'an seseorang ialah senang merahasiakan jati dirinya dan mau menerima kebenaran dari orang lain baik dari mulia atau dari orang yang rendah.
- Sopan santun merupakan perhiasan ilmu.
Sebagaimana kisah ini: Pada suatu hari seorang jariah sedang membicarakan perihal Rasulullah SAW kemudian beliau mengetahuinya dan bertanya kepada jariah tersebut. "Engkau siapa?" jariah tersebut menjawab, "Putri seorang laki-laki dermawan yang bernama Hatim". Kemudian beliau bersabda "Kasihanilah pemuka kaum yang sudah direndahkan, kasihanilah orang kaya yang telah jatuh miskin dan kasihanilah orang alim yang disia-siakan diantara orang-orang bodoh".
- Merendahkan diri merupakan perhiasan orang yang mencari ilmu. Rasulullah SAW bersabda: "Barangsiapa keluar dengan tujuan menuntut ilmu maka Allah Ta'ala pasti akan membukakan pintu surga, dan para malaikat akan membentangkan sayap untuknya, serta para malaikat yang bertempat di langit juga ikan-ikan yang bertempat di laut memintakan ampunan untuknya." (HR. Abu Ya'lu).
- Meninggalkan kebiasaan menghitung-hitung perbuatan/amalnya merupakan perhiasan amal kebaikan itu sendiri.
- Khusyu' (hatinya selalu diliputi rasa ketakutan) merupakan perhiasan untuk mengerjakan shalat.

Tiga Nasihat Bagi Penuntut Ilmu

Al kisah: Suatu ketika ada seorang laki-laki dari kaum Bani Israil ingin keluar dari negaranya untuk menuntut ilmu di negara lain. Berita itu telah sampai pada Nabi Muhammad SAW, maka kemudian beliau mengutus seseorang untuk memanggil pemuda tersebut datang ke rumah beliau. Setalah pemuda itu sampai di tempat beliau, beliau bersabda kepada pemuda itu:

"Hai anak muda, sesungguhnya aku akan menasehatimu dengan tiga perkara. Tiga perkara itu adalah ilmunya orang-orang terdahulu dan orang-orang setelahnya, yaitu:
- Takutlah kamu kepada Allah Ta'ala disaat kamu sendiri dan disaat kamu bersama-sama dengan orang lain.
- Jagalah lisanmu ketika berkumpul bersama orang lain dan janganlah kamu berkata kepada mereka kecuali tentang kebaikan.
- Perhatikan makananmu yang akan engkau makan sehingga benar-benar dari hasil yang halal."

Mendengar nasihat dari Rasulullah SAW tersebut entah mengapa pemuda itu langsung megnurungkan niatnya untuk keluar ke negaralain sebab menuntut ilmu.


Nasihat Bagi Penuntut Ilmu
Sumber gambar: demamsinau.blogspot.com

Dari kisah tersebut, tergambar jelas bahwa tempat yang belum kita ketahui itu adalah tempat yang rawan bagi kita semua. Rawan dalam artian kita belum tentu bisa kuat dengan adat istiadat/kebiasaan orang-orang di negara lain yang bisa saja menggoyahkan iman seseorang. Dan juga kita belum tahu apakah makanan yang akan kita makan itu adalah halal atau haram, jika kita tidak tahu dengan jelas tentang semua kondisi di luar sana, maka sebaiknya kita berfikir dua kali terlebih dahulu.

Selain itu, masih banyak guru-guru di negara kita sendiri yang sebenarnya banyak menguasai ilmu-ilmu yang ingin kita pelajari. Hanya saja, keberadaan guru-guru bijak tersebut jarang sekali terekspose sehingga kita tidak mengetahuinya. Namun jika kita mempunyai keinginan kuat untuk menemukannya, Allah Ta'ala pasti akan memberikan jalan. Dan satu lagi yang perlu kita ingat baik-baik bahwa Guru terbaik, Guru dari segala guru adalah Allah Ta'ala sendiri.

Thursday, February 18, 2016

Merenungi Kematian dengan belajar dari pohon kelapa

Seperti yang kita sudah ketahui bahwa kematian tidak dapat diurutkan seperti halnya huruf abjad, mulai dari huruf A dan berakhir di huruf Z. Datangnya kematian tidak bisa urut dari yang tua terlebih dahulu kemudian yang muda akan dapat giliran belakangan.
Merenungi Kematian dengan belajar dari pohon kelapa


Jika saya boleh mengibaratkan, datangnya kematian itu sama halnya seperti sebuah pohon kelapa. Coba anda perhatikan baik-baik sebuah pohon kelapa. Ketika musim hama, maka bisa saja yang jatuh terlebih dahulu adalah buah kelapa yang masih sangat muda, dan ketika ada ibu-ibu yang sedang mengandung (hamil) maka yang akan dipetik terlebih dahulu adalah kelapa muda (dalam bahasa jawa sering dikenal sebagai degan) yang mana rasa air kelapanya masih sangat segar dan bagus untuk pertumbuhan bayi dalam kandungan. Bisa juga yang jatuh terlebih dahulu adalah kelapa yang sudah tua (kering), untuk yang satu ini sepertinya memang sudah waktunya jatuh.

Nah, dari proses buah kelapa mana yang jatuh terlebih dahulu tersebut sudah bisa kita pahami bahwasannya kematian juga akan seperti itu. Bisa yang muda terlebih dahulu, bahkan tak jarang pula anak-anak yang masih berusia belia atau malah ada yang masih bayi, bisa juga remaja terlebih dahulu, dan bisa juga yang tua.

Seandainya datangnya kematian itu urut dari yang tua terlebih dahulu kemudian menyusul berikutnya yang lebih muda, dan seterusnya hingga sampai yang paling muda, maka dunia akan rusak sejak dulu kala. Anda pasti bisa membayangkannya sendiri, bagaimana perilaku anak-anak kita jika datangnya kematian sudah bisa ditebak. Mereka pasti akan berkata "Tenang sajalah...bokap nyokap gue masih hidup kok, giliran gue berarti masih lama". Rusak sudah perilaku mereka.

Disitulah hikmah mengapa sebuah kematian adalah salah satu hal yang menjadi rahasia Ilahi dan tak seorangpun yang bisa menebak kapan datangnya. Semoga kita termasuk orang-orang yang selalu waspada, dan semoga Allah Ta'ala selalu meridloi jalan kita. Sekian saja segelintir pengetahuan tentang bagaimana kita bisa merenungi sebuah kematian agar bisa menjadikan diri kita seorang yang lebih bertaqwa lagi.

Saturday, October 31, 2015

Aku Bisa (Tentang Sebab dan Akibat)

Tuhan...
Seberapapun kuatnya diriku, aku tetap dalam genggaman kekuasaan-Mu.
Aku hanya berusaha...
Aku bisa bukan karena kekuatanku,
Aku bisa bukan pula karena kepintaranku,
Aku bisa bukan karena aku ini hamba yang hebat...

Semua itu karena Kau telah memudahkan jalanku, namun seringkali tanpa sadar aku merasa bahwa aku bisa. Yang artinya...ketika itu aku telah melupakan-Mu, melupakan segala pertolongan-Mu.

Engkau tempatkan sebuah akibat setelah adanya sebab. Sungguh sebuah perintah yang halus bagi diriku untuk terus berusaha, dan semua itu kembali lagi...
Bahwa Seberapapun kuatnya diriku, aku tetap dalam genggaman kekuasaan-Mu.
Engkau Maha Kuasa menimbulkan sebab tanpa diiringi akibat seperti halnya ketika Nabi Ibrahim As yang dibakar oleh kaum quraisy, namun Engkau justru mendinginkan tubuhnya.
Engkau juga Maha Kuasa mendatangkan akibat tanpa adanya sebab seperti halnya Ibunda Maryam yang mengandung tanpa sebab disetubuhi oleh siapapun.

Maka sungguh...
Tanpa kekuasaan-Mu,
tanpa keagungan-Mu...
"Aku ini tidak bisa berbuat apa-apa"

Aku hanyalah setetes air, dan jika di hadapan Matahari...bisa apa aku.? Apa yg pantas kubanggakan.? Apa yang pantas disombongkan dari setetes air tersebut melainkan yang ada hanyalah kebinasaan. Hilang tanpa bekas.
Lantas masihkah aku pantas berkata "Aku Bisa"

Menjadi Manusia Yang Manusiawi

Maksud dari kalimat "Manusia yang manusiawi" adalah menjadi manusia yang baik dan benar, serta manusia yang benar dan baik. 
Perlu kita ketahui bahwasannya suatu hal yang benar belum tentu sudah baik, pun begitu sebaliknya sesuatu yang baik juga belum tentu sudah benar. 

dunia hati

Perhatikan cuplikan percakapan berikut:
Si A: (berjalan dari arah utara)
Si B: "Pagi mas, dari mana?"
Si A: "Dari utara"
Si B: "Oh, mau kemana atuh mas.? :) "
Si A: "Ya mau ke selatan lah"

Benar? Memang jawabannya benar. Baik? Sudah barang tentu tidak baik sebab Si B yang hanya sekedar ingin basa basi menyapa agar terlihat lebih harmonis akan terluka perasaannya. 

Contoh lagi perhatikan peristiwa berikut:
Si A mempunyai tetangga yang bisa dikatakan lebih miskin dari dirinya, dan Si A ingin sekali bersedekah pisang goreng (sebab saat itu istri Si A kebeteulan baru saja menggoreng pisang). Namun cara Si A bersedekah itu dilemparkan tepat di depan si miskin. Kita semua tahu bahwa bersedekah itu suatu hal yang sangat baik, namun jika caranya seperti itu sudah pasti tidak benar.

Nah, dari kedua cerita tersebut diatas sudah bisa kita simpulkan bahwa sesuatu yang benar itu belum tentu sudah baik, pun begitu sebaliknya. Jika kita bisa menyatukan keduanya, benar dan baik serta baik dan benar maka saat itulah kita telah menjadi manusia dengan jiwa yang fitrah (Fitri). Jadi, makna sebenarnya dari kata fitri adalah jiwa yang baik dan benar serta benar dan baik, saat itulah kita juga telah menjadi manusia yang manusiawi. Dari sini mungkin anda akan teringat sesuatu yang seringkali kita rayakan bersama-sama yaitu Idul Fitri. Bersilaturrahmi dan saling memaafkan adalah salah satu bentuk sifat manusiawi pada diri manusia. 

Jadi, mari kita semua selalu berbuat baik kepada sesama dan lakukanlah perbuatan baik tersebut dengan benar.

Monday, January 28, 2013

Mengenal angan-angan

"Melanturnya angan-angan ialah menginginkan hidup untuk waktu yang panjang, dengan memastikan. sedangkan pendeknya angan-angan yaitu tidak memastikan dalam berangan-angan itu, misalnya : mengikatnya dengan istitsnaa (Insya ALLAH, dengan kehendak dan ilmu Allah SWT) dalam menuturkannya, atau dengan syarat baik dalam menginginkannya".

Dengan demikian, bila kita menyebut-nyebut hidup kita, umpamanya : "aku masih akan hidup sesudah tarikan nafas yang kedua, atau jam yang kedua, atau hari yang kedua", dengan memastikan, maka kita dinamakan orang yang melantur angan-angannya. hal ini merupakan makshiyat, karena yang demikian berarti memastikan perkara yang ghaib.

Jika kita membuat qayyid (mengikat) angan-angan itu dengan kehendak Allah SWT dan ilmu-NYA, lalu kita berkata : "aku akan hidup insyaAllah", berarti kita keluar dari hukum angan-angan dan kita bisa di sifati orang yang mneninggalkan angan-angan.

Begitu pula jika kita menginginkan hidup hingga waktu yang kedua secara memastikan, maka kita diebut orang yang panjang angan-angan. Tetapi, kalau kita membuat qayyid terhadap keinginginan kita itu dengan syarat yang baik, maka kita keluar dari hukum angan-angan dan kita disebut orang yang pendek angan-angannya, karena kita tidak memastikan dalam keinginan kita.

Karena itu lah, mari kita tinggalkan memastikan dalam menyebut kekekalan dan menginginkannya. Yang dimaksud "menyebut" adalah ingatnya hati, yakni memantapkan menetapkan pada hati untuk meninggalkan perbuatan memastikan itu. coba kita pahami keterangan di atas, mudah-mudahan petunjuk (insyaAllah).

Angan-angan itu ada dua macam : angan-angan umum dan angan-angan khusus. angan-angan umum yaitu menginginkan hidup terus untuk mengumpulkan dunia dan bersenang-senang dengannya. ini adalah makshiyat yang murni, dan lawannya adalah pendeknya angan-angan.
Allah SWT telah berfirman yang artinya :
"Biarkanlah mereka itu makan dan bersenang-senang serta di sibukkan oleh angan-angan mereka, maka mereka bakal mengetahui akibat perbuatan mereka".
Sedangkan angan-angan khusus yaitu menginginkan terus hidup untuk menyempurnakan amal yang baik. angan-angan ini mengandung hal yang mngkhawatirkan, yakni sesuatu yang tidak diyakini kebaikannya. sebab, kadang-kadang seseorang dalam melakukan kebaikan atau menyempurnakannya itu tidak ada bagusnya, karena terjerumus ke dalam ujub atau riyaa atau afat lain, di mana kebaikan yang di lakukan tidak seimbang dengan afatnya. jadi kalau begitu, apabila seseorang mulai melakukan shalat, puasa atau lainnya, maka ia tidak memastikan bahwa ia bakal dapat menyemournakannya. sebab, kesempurnaan itu merupakan perkara yang samar. juga tidak boleh bermaksud menyempurnakannya dengan memastikan sebab boleh jadi hal itu tidak ada kebaikannya bagi orang tersebut, sebaiknya ia harus

Aqobatul ilmi wal makrifat

Aqabah ini selalu di lewati manusia agar dalam ibadahnya senantiasa waspada.
dalam menempuh aqabah ilmu ini yang mesti di lewati dengan baik adalah perenungan terhadap kesempurnaan pemikiran, belajar serta bertanya kepada seorang guru yang mengurusi tentang kepentingan hidup di akhirat yang menjadi penunjuk jalan, pelita dan penuntun umat.

Juga yang mengambil faedah dan meminta do'a yang baik dari guru akhirat, semoga mendapatkan kemudahan dan pertolongan Allah SWT untuk bisa melampaui aqabah ilmu, amin.

Apabila aqabah ilmu telah terlewati, maka kita akan memperoleh ilmul-yaqien terhadap keadaan yang samar, yakni bahwa kita mempunyai Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan yang tidak satupun menyekutui-NYA. Tuhan itulah yang menciptakan dirinya agar bersyukur, memerintahkan supaya melayani dan tha'at kepada-NYA, dengan anggota tubuh luar dan anggota batin. Tuhan memperingatkan kita agar jangan sampai kufur dan berbuat makshiyat. Tuhan menetapkan ganjaran yang langgeng, jika kita mau tha'at dan menetapkan siksa bila hamba itu bermakhsiyat dan berpaling dari-NYA.

Selanjutnya, pengetahuan dan keyakinan terhadap keadaan samar itu mendorong kita untuk bertindak melayani dan menghadap ibadah kepada Majikan Agung yang memberikan kenikmatan yang selalu di cari.
Akhirnya, seorang hamba dapat menemukan dan mengenal Tuhannya, setelah sebelumnya adalah seorang yang bodoh dan tidak mengetahui.

Mahabbatullah diatas segala mahabbah

Bismillahi Ar Rahmaani Ar Rahiimi..

Cinta kepada Allah SWT merupakan cinta yang paling luhur dan mampu mendatangkan puncak kebahagiaan dan kedamaian spiritual (hati). cinta kepada Allah SWT semestinya menjadi pijakan semua tindakan seorang mukmin. ia merupakan kekuatan yang bisa mengarahkan perilaku manusia ke arah kebaikan. ketika cinta kepada Allah SWT melekat dalam jiwa manusia, maka semua perbuatannyaakan tunduk dalam rangka taat kepada Allah SWT. ia akan melakukan perbuatan yang dicintai dan di ridhai-Nya, menjauhi perbuatan maksiat dan setiap perbuatan yang dibenci dan dilarang oleh Allah SWT.

Manusia biasanya cinta kepada orang yang berbuat baik kepadanya. karena itu cinta seorang anak kepada orang tuanya disebabkan karena pemeliharaan, pembelaan, kasih sayang, dan pendidikan yang telah diberikan orang tua kepadanya. jika kita merenungkan nikmat-nikmat Allah SWT yang telah diberikan kepada kita, kita tidak akan mampu menghitungnya. Allah SWT telah menciptakan kita dalam bentuk yang paling baik, lebih memuliakan kita daripada makhluk-makhluk-Nya, menundukkan alam bagi kita, menjadikan kita sebagai khalifah dimuka bumi, mengutus para Nabi dan Rasul sepanjang masa untuk menyelamatkan kita dari kesesatan, menunjuki kita ke jalan yang benar, dan memberikan kita pedoman hidup yang lurus agar kita hidup bahagia dunia dan akhirat kelak.

Oleh karena itu, sudah selayaknya manusia menjadikan cinta cinta kepada Allah SWT lebih besar daripada cintanya kepada yang lain. Allah SWT berfirman:
"Katakanlah jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, lebih kamu cintai dari pada Allah dan Rasul-Nya, dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya, dan Allah tidak mendatangkan petunjuk kepada orang-orang yang fasik." (QS 9:24)

Rasulullah SAW pun menganjurkan manusia untuk mencintai Allah SWT atas nikmat-nikmat-Nya yang berlimpah. beliau bersabda: "Cintailah Allah karena DIA telah memberimu makanan dari nikmat-nikmat-Nya." walaupun Rasulullah SAW adalah orang yang paling mencintai Allah SWT dan paling dekat dengan-Nya, tetapi beliau selalu memohon kepada Allah SWT untuk diberu anugerah berupa cinta kepada-Nya, karena dalam cinta ini beliau mendapatkan kepuasan ruhani paling tinggi yang tidak ada bandingannya. Rasulullah SAW pernah berucap dalam doanya: "Ya Allah, berilah aku rezeki berupa cinta-Mu kepadaku dan cintanya orang-orang yang Engkau cintai."

Allah SWT juga menyuruh Rasulullah SAW berdoa dengan doa ini: "Ya Allah, aku memohon cinta-Mu, cinta orang yang mencintai-Mu, dan mencintai amal yang dapat mendekatkan diriku kepada cinta-Mu."

Sunday, December 4, 2011

Madah dan Do'a (Estetika Sufistik)

Manusia adalah makhluk tidak berdaya da hadapan alam semesta dan prahara kehidupan di dalamnya. ia akan mampu mengatasi dan menemukan kekuatannya hanya dalam iman dan keterpeliharaan eksistensinya dari hal-hal yang bertentangan dengan undang-undang Allah Ta'ala. manusia tidak mungkin menghindar dari kebutuhannya terhadap Allah Ta'ala. media yang paling tepat untuk sampai kepada-Nya adalah do'a, karena do'a merupakan ekspresi manusia untuk mengungkapkan kata-kata dan mengadukan segala kerisauan hati kepada Penciptanya.

Oleh karena itu, madah dan do'a (Al-Ibtihal) merupakan satu pondasi yang kokoh, tempat bernaung, dan berlindung bagi orang mukmin dari hempasan badai. tema-tema yang disampaikan dalam madah dan do'a di dalam kesusastraan Arab sangat beragam semenjak turunnya AlQur-an; dalam berbagai ayat Al-Dzikir Al-Hakim banyak ditemukan madah dan do'a yang diekspresikan dari perasaan terdalam seperti terdapat di dalam hadits-hadits Nabi. apa yang dimetaforkan dalam estetika sakral itu, merupakan metafora agung dari hadits Nabi SAW yang ditransmisikan oleh orang-orang ikhlas dalam bentuk puisi maupun prosa.

Dalam kitab-kitab klasik termaktub tema-tema madah dari para pendahulu, baik dari golongan sahabat maupun tabiin. diantara mereka adalah Imam Ali Ibn Abi Thalib, Ali Zainal Abidin, Rabi'ah Al-Adawiyah, Abi Hayyan, Al-Tauhidi, Ibn Al-Faridl, AL-Bira'i, Abu Hasan Al-Syadzili, dan Musthafa Al-Bakri. Ibarat air jernih, kitab-kitab klasik tersebut telah menjadi sumber inspirasi yang tidak pernah kering untuk direguk oleh pelaku madah sampai saat ini. mereka mempublikasikannya melalui berbagai media radio dan televisi. dan kita pun, pada saat ini memiliki peluang besar menjadi orang-orang ikhlas, dengan menjaga media-media yang ada, mengarahkannya untuk kepentingan kemaslahatan dan memeliharanya dari kekeliruan, bukan dengan menilainya sebagi sesuatu yang negatif dan menghancurkan.

Kritik bagi pelaku madah dan do'a.
Materi acara televisi dan radio, dipandang bagus jika mampu membuat acara beragam. di satu sisi media harus mampu menyediakan ruang waktu untuk mengekspresikan madah dan do'a sebagai sebuah estetika, namun disisi lain ruang dan waktu untuk membacakan ayat-ayat suci AlQur-an harus mendapat porsi yang seimbang. materi acara seperti ini, patut diacungi jempol dan dipertahankan karena akan bermanfaat bagi bertmbahnya intensitas kekuatan spiritual dalam kehidupan masyrakat saat ini. bahkan acara-acara tersebut harus diberikan durasi waktu di sela-sela padatnya jadwal lain. namun yang terjadi, mereka lebih suka men-sejajarkan madah dan do'a religius serta acara lainnya dengan kandungan siaran AlQur-an Al-Karim.

Banyak orang berpendapat, kebanyakan para pendendang madah dan do'a tidak berpatokan pada pengucapan yang benar dan kehati-hatian, seringkali mereka mengulang beberapa bait puisi terlebih dahulu, kemudian disusul dengan struktur kata-kata yang tidak perlu dan melompat-lompat, sehingga makna yang terkandung di dalam teks menjadi kabur dn sulit dipahami. mereka tidak memahami, bahkan keterkaitan bit akan sangat berpengaruh kepada makna, sehingga bila dikutip secara serampangan akan menyebabkan pembiasan arti teks aslinya bahkan hilang. ini terjadi disebabkan pemilihan mereka terhadap teks yang lemah strukturnya, mereka mengutipnya hanya untuk dijadikan justifikasi pemikiran sesuka hati.

Thursday, November 17, 2011

Kisah Ganjil Seputar Rabi'ah Al Adawiyah

Dalam buku Shofwah Al Shofwah, Ibnu Al Jawzi meriwayatkan melalui sanad yang sampai kepada pelayan Rabi'ah Al Adawiyah, Abidah binti Syawil. Ia berkata :"Rabi'ah bercerita tentang tuannya pada masa akhir hayatnya:

"Rabi'ah Al Adawiyah adalah sosok wanita yang menghabiskan malamnya dengan Qiyamul Lail (shalat). sewaktu fajar menyemburat diufuk timur, beliau masih tertidur lelap di atas sajadahnya. dan ketika fajar menyingsing beliau terbangun tergagap-gagap sambil berdo'a, "Wahai nafsu, berapa lama engkau tertidur dan sampai kapan engkau tetap tertidur? kuingatkan kepadamu, bahwa tidurmu sesaat saja hanyalah menopang penyesalan di hari manusia dikumpulkan." beliau selalu mengulang do'a itu setiap terbangun dari tidur sampai maut menjemputnya.

Ketika kematian telah menghampiri, beliau memanggil saya dan berpesan, "Jangan biarkan seorangpun menodai mayatku. kafanilah aku dengan jubah yang kukenakan ini". dan beliau pun menutuo mata untuk selamanya.

Abidah melanjutkan, "Ketika beliau sudah meninggal, saya mengkafaninya dengan jubah yang dipesankan. dengan jubah itulah beliau menemui Allah Ta'ala."

Ungkapan "Wahai nafsu, berapa lama engkau tertidur dan sampai kapan engkau akan tetap tertidur? aku peringatkan padamu bahwa bahwa tidurmu sesaat saja hanyalah menopang penyesalan di hari manusia dikumpulkan." mengekspresikan perasaan sufistik yang sangat jarang terjadi dan terkesan ganjil. beliau menghabiskan waktu malamnya untuk terus beribadah, dan mencerca keterlambatan bangunnya di waktu fajar. beliau merasa kehilangan kesempatan bermunajat kepada Allah Ta'ala di waktu sahur dimana orang-orang sedang tidur mengistirahatkan badan. kita melihat ratapan puitisnya yang bermuatan do'a penyesalan, dan semua itu bertolak dari persaan-perasaan sufistiknya.

Friday, October 28, 2011

Imam Al-Ghazaliy: Tentang Hakikat Kemuliaan Akal

Mungkin telah banyak kita ketahui tentang akal, dan perlu kita tahu bahwa pembahasan kali ini bukanlah bermaksud untuk mempersulit kejelasan tentang akal itu sendiri.

Akal adalah tempat bersandar-nya ilmu yang pertama kali sebelum ilmu itu masuk ke hati seseorang dan ter-patri disana, tempat terbit dan sendi dari ilmu. bagaimana bisa akal itu tidak mulia sedangkan ia adalah jalan kebahagiaan di dunia dan di akhirat. sedangkan hewan dalam kepicikan tamyis-nya (sifat hewan dalam membedakan sesuatu) merasa kecut terhadap akal. sehingga seekor hewan yang bertubuh besar sekalipun, yang punya keberanian luar biasa dan bertenaga kuat, apabila melihat manusia lalu merasa kecut (ciut) dan takut karena dirasakan-nya manusia itu akan menggagahinya, karena keistimewaannya manusia, memperoleh hela dan daya upaya.

Dari itu, Nabi Muhammad SAW bersabda: "Seorang Syeikh (kepala) pada kaumnya adalah seperti Nabi pada umatnya." bukan karena Syeikh itu banyak hartanya, besar tubuhnya dan lebih kekuatannya, tetapi karena pengelamannya yang lebih sebagai hasil dari akalnya. oleh karena itu pula, ketika kebanyakan orang yang ingkar akan membunuh Rasulullah SAW, maka tatkala pandangan mereka jatuh pada Nabi SAW dan gemetar dengan sinar wajah beliau yang mulia, lalu timbullah ketakutan dihati mereka. kelihatan kepada mereka suatu yang bersinar gilang gemilang atas keelokan wajah beliau dari Nur keNabian. meskipun itu adalah suatu kebatinan dalam diri Rasulullah SAW sebagaimana kebatinan akalnya.

Kemuliaan akal dapat diketahui dengan mudah. hanya maksud kami disini hendak membentangkan hadits-hadits dan ayat-ayat yang menyebutkan kemuliaan akal tersebut.

Allah Ta'ala menamakan akal itu dengan "nur" dalam firman-Nya: "Allah Ta'ala pemberi nur bagi langit dan bumi. bandingan nur-Nya adalah seperti satu kurungan pelita yang didalamnya ada pelita..." (S. An Nur, ayat 35).

Dan Allah Ta'ala menamakan ilmu yang diperoleh dari akal itu dengan sebutan ruh, wahyu dan hidup. Berfirman Allah Ta'ala: "Begitulah Kami wahyukan kepada engkau ruh itu dengan perintah Kami." (S. Asy Syura, ayat 52).
"Apakah orang-orang yang sudah mati, kemudian Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, dengan itu dia dapat berjalan ditengah-tengah manusia." (S. Al An'am, ayat 122).

Kalau Al-Qur-an menyebutkan An-Nur (cahaya) dan Adh-Dhulmah (gelap) maka maksudnya adalah ilmu pengetahuan dan kebodohan, seperti firman-Nya: "Dikeluarkan mereka oleh Tuhan dari kegelapan (kebodohan)kepada nur-cahaya (ilmu pengetahuan)." (S. Al Baqarah, ayat 257). dan bersabda Nabi Muhammad SAW: "Wahai manusia ! pakailah akal untuk mengenal Tuhanmu, nasehat-nasehatilah dengan menggunakan akal, niscaya kamu ketahui apa yang diperintahkan kepadamu dan apa yang dilarang! ketahuilah bahwa akal itu menolong kamu untuk mengenal Tuhanmu! ketahuilah bahwa orang yang berakal itu orang yang menta'ati Allah Ta'ala, meskipun mukanya tidak cantik, dirinya hina, kedudukannya rendah dan bentuknya buruk. dan orang yang bodoh ialah orang yang mendurhakai Allah Ta'ala, meskipun mukanya cantik, dia orang besar, kedudukannya mulia, bentuknya bagus, lancar dan pandai berbicara. beruk dan khinzir lebih lebih berakal disisi Allah Ta'ala dari pada orang yang mendurhakai-Nya. engkau jangan tertipu dengan pernghormatan penduduk dunia kepadamu, sebab merek termasuk orang yang merugi."

Bersabda Rasulullah SAW: "Yang pertama dijadikan Allah Ta'ala ialah akal, maka berfirman Allah Ta'ala kepadanya: Menghadaplah! lalu menghadaplah ia. kemudian Allah Ta'ala berfirman: Membelakanglah!lalu membelakanglah ia. Kemudian Allah Ta'ala berfirman: Demi kemuliaan-Ku dan demi Kebesaran-Ku! Tidak aku jadikan suatu makhluk pun yang lebih mulia disisiKu selin engkau. dengn engkau Aku mengambil, dengan engkau Aku memberi, dengan engkau Aku memberi pahala, dan dengan engkau Aku memberi siksaan."

Andai kita bertanya, jika akal itu adalah sifat, maka bagaimanakah ia dijadikan sebelum tubuh dan jika ia zat, maka bagaimanakah zat itu berdiri sendiri dan tidak berpihak.?

Perlu kita tahu bahwa ini adalah sebagian dari ilmu mukasyafah, maka tidaklah layak diterangkan dengan ilmu mu'amalah. sedangkan maksud kami diatas adalah menerangkan akal dari segi ilmu mu'amalah.

Wednesday, October 26, 2011

Fatwa-fatwa para sufi

Fatwa Syaikh Hasan Basari RA
1. Seandainya tidak ada Wali Abdal niscaya bumi beserta isinya akan runtuh, sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
"Wali Abdal itu berjumlah 40 orang laki-laki, 22 berada di negeri Syam, dan 18 orang berada di nagara Iraq, disaat salah satu dari mereka meninggal maka Allah Ta'ala memberikan penggantinya ketika datang suatu perintah Allah Ta'ala, maka mereka semua dimatikan, disaat itu datanglah hari Qiamat."
2. Seandainya tidak ada orang-orang shaleh niscaya orang-orang yang berbuat kemaksiatan akan celaka. Maka muliakanlah orang-orang yang shaleh, kapanpun dan dimanapun meraka berada.
3. Seandainya tidak ada Ulama' niscaya seluruh manusia akan berbuat (bertingkah) seperti binatang.
4. Seandainya tidak ada penguasa, niscaya sebagian rakyat akan merusak sebagian rakyat yang lain.
5. Seandainya tidak ada agin, niscaya segala sesuatu di bumi ini akan berbau busuk.

Fatwa Shahabat Ali Karamallahu waj-hah
Shahabat Ali Karamallahu waj-hah bersabda:
"Agama dan dunia tidak akan henti-hentinya berdiri tegak selama 4 perbuatan masih dijalankan, yaitu:
1. Selama orang tua tidak bakhil.
2. Selama para Ulama' mau mengamalkan ilmunya.
3. Selama orang-orang bodoh tidak takabur dari perkara yang tidak mereka ketahui.
4. Selama orang faqir tidak menjual akhiratnya (tidak meninggalkan agamanya untuk mencari dunia)."

Fatwa Syaikh Muhammad Bin Ahmad RA tentang Nabi Yahya AS
Muhammad Bin Ahmad RA mejelaskan firman Allah Ta'ala yang berbunyi:
"Menjadi pemimpin, orang yang banyak menahan diri, menjadi Nabi dari keturunan orang-orang shaleh."
Kemudian Syaikh Muhammad berkata:
Allah Ta'ala menyebut Nabi Yahya AS dengan nama Saiyid sedangkan ia adalah hamba Allah Ta'ala karena Nabi Yahya AS telah mampu mengalahkan empat perkara, yaitu:
1. Mampu mengalahkan hawa nafsunya.
2. Mampu mengalahkan iblis.
3. Mampu mengalahkan lisannya.
4. Mampu mengalahkan kemarahannya.

Fatwa Syaikh Ahnaf Bin Qais RA
Beliau berkata:
1. Tidak ada ketenangan bagi orang-orang yang hasud.
Sebagaimana fatwa Abdul Mu'thi As Salawya dari gurunya yang bernama Al Badar RA, yaitu bahwa orang yang hasud akan tertimapa lima kerusakan;
- Hina.
- Kesedihan yang berkepanjangan.
- Tidak mendapatkan pintu taufik.
- Mendapatkan musibah yang berkepanjangan yang tidak ada pahalanya.
- Mendapatkan siksa yang amat berat dari Allah Ta'ala.
Demikian juga Ali AL Mawardi berkata:
"Hakikat hasud ialah merasakan kesedihan yang amat sangat, sedangkan hakikat Al Munafasah ialah ingin memiliki keutamaan yang dimiliki orang lain."

2. Tidak mempunyai muru'ah (harga diri) bagi pembohong. Muru'ah ialah selalu menjaga sopan santun, perilaku baik sehingga tidak nampak kejelekan yang disengaja dan tidak berbuat kesalahan yang tercela.
Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
"Barangsiapa bergaul dengan orang lain tanpa pernah mendzalimi mereka, bercerita kepada mereka tanpa membohongi mereka, berjanji kepad mereka tanpa pernah mengingkari maka ia tergolong orang yang sempurna muru'ahnya, jelas sifat keadilannya. sedangkan menjalin tali persaudaraan dengannya adalah suatu kewajiban."

3. Tidak ada rekayasa bagi orang yang bakhil.
Sedangkan batasan orang dermawan ialah menyerahkan sesuatu yang masih dibutuhkan ketika ada hajat dan mendatangkan kepada orang yng berhak menerimanya sekira ia mampu, maka orang yang berada pada batasan tersebut dinamakan karim (orang yang dermawan) sekaligus patut untuk dipuji. sedangkan orang yang tidak sampai pada batasan tersebut dinamakan bakhil sekaligus berhak untuk dicela.

4. Tidak ada keinginan untuk memenuhi janjinya bagi para penguasa, karena mereka tidak memliki rasa malu dan takut terhadap rakyat.
Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
"Ada dua golongan dari umatku jika mereka baik maka umat akan baik, yaitu pemerintah dan Ulama'."

5. Tidak ada kehormatan bagi orang yang berakhlak buruk, sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
"Akhlak yang buruk adalah suatu kejelekan sedangkan sejelek-jeleknya kalian adalah orang yang paling buruk akhlaknya."
"Sesungguhnya akhlak yang buruk dapat merusak amal sebagaimana cuka yang dapat menghilangkan manisnya madu."


6. Tidak ada yang mampu menghindar dari takdir Allah Ta'ala.

Friday, October 21, 2011

Mengenal Lebih Dekat Tentang 4 Macam Rizki

Akan semakin kuat rasa Tawakkal kita dengan mengetahui macam-macam rizki, dan perlu kita tahu bahwa rizki itu ada empat macam, yaitu:
1. Rizki Madlmun
2. Rizki Maqsum
3. Rizki Mamluk
4. Rizki Mau'ud


Rizki Madlmun
Yaitu rizki yang dipergunakan untuk penguat dan apa yang menyebabkan tubuh bisa bergerak, tanpa sebab-sebab lain. tanggungan Allah Ta'ala adalah untuk rizki semacam ini. orang wajib tawakkal menghadapi madlmun ini, berdasarkan dalil akal dan dalil syara'. karena, Allah ta'ala membebani kita supaya berkhidmat dab tha'at kepada Allah Ta'ala, dengan mempergunakan badan kita. jadi, Allah Ta'ala pasti menanggung apa yang bisa mencegah kerusakan badan, agar kita dapat melakukan apa yang dibebankan Allah Ta'ala kepada kita.

Sebagian Ulama madzhab Kiramiyah berkata dengan perkataan yang bagus menurut asalnya, "Menanggung rizki para hamba itu wajib, pada kebijaksanaan Allah Ta'ala, karena tiga hal, yaitu:
1. Allah Ta'ala itu sayid (Majikan/Tuan), sedangkan kita semua adalah budak. majikan tentu mencukupi makanan budak, seperti halnya budak wajib melayani majikannya.

2. Allah Ta'ala menciptakan para hamba, sedangkan para hamba membutuhkan rizki dan Allah Ta'ala tidak menjadikan jalan bagi mereka untuk mencari rizki (karena para hamba tidak mengetahui apa rizki mereka, dimana tempatnya, dan kapan datangnya), agar mereka mecari rizki itu sendiri di tempatnya dan dalam waktunya, agar mereka datang kepada rizki itu. jadi, Allah Ta'ala pasti mencukupi para hamba-Nya dalam masalah rizki dan Allah Ta'ala tentu mendatangkan para hamba itu kepada rizki mereka.

3. Allah Ta'ala itu membebani para hamba supaya berkhidmat, sedangkan orang yang mencari rizki adalah orang yang sibuk meninggalkan khidmat. jadi, Allah Ta'ala pasti mencukupi ongkos-ongkos hidup, supaya para hamba tekun berkhidmat kepada Allah T'ala".

Ini adalah ucapan orang yang tidak mengerti rahasia keTuhanan Allah Ta'ala. orang yang berkata bahwa Allah Ta'ala wajib memberikan rizki, adalah orang bingung. Guru Besar Imam Ghazali sudah menjelaskan kesalahan omongan atau iktikat semacam itu dalam ilmu kalam.

Rizki Maqsum
Yaitu rizki yang dibagikan oleh Allah Ta'ala dan ditetapkan oleh-Nya di Lauhil Mahfudh : apa yang dimakan hamba, apa yang diminum dan apa yang dipakai, masing-masing telah ditentukan Allah Ta'ala dengan ketetapan tertentu dan waktu yang tertentu pula, tidak lebih dan tidak kurang, tidak maju dan tidak pula mundur dari ketentuan menurut kenyataannya, sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah SAW:
"Rizki itu telah dibagi, lagi pula telah dibereskan. ketakwaan orang yang takwa tidak bisa menambah rizkinya dan kedurhakaan orang yang durhaka tidak akan mngurangi rizkiya".

Rizki mamluk
Yaitu rizki yang dimiliki oleh setiap hamba, yakni harta di dunia yang dimiliki menurut apa yang ditentukan Allah Ta'ala dan dibagikan Allah Ta'ala untuk dimiliki oleh hamba. itu adalah termasuk rizki Allah Ta'ala.
Allah Ta'ala berfirman:
"Nafkahkanlah sebagian rizki yang telah kami berikan kepada kalian" --artinya: rizki yang diberikan Allah Ta'ala sebagai milik kalian.

Rizki Mau'ud
Yaitu rizki yang dijanjikan Allah Ta'ala kepada hamba-Nya yang bertakwa, sengan syarat takwa, rizki yang halal tanpa kesukaran.
Allah Ta'ala berfirman:
"Barangsiapa bertakwa kepada Allah Ta'ala, maka Allah Ta'ala pasati menjadikannya bisa bebas dari kesusahan serta kesulitan. dan Allah Ta'ala bakal memberikan rizki kepadanya rizki yang datangnya tanpa disangka-sangka".

Sampai disini dulu keterangan mengenai macam-macam rizki dan penjelasannya, kewajiban tawakkal hanyalah pada urusan rizki madlmun. mari kita pahami baik-baik keterangan diatas sebelum kita membahas tentang "Batasan-batasan Tawakkal" yang (Insya Allah) akan saya tulis dalam artikel berikutnya. Semoga Rahmat Allah Ta'ala selalu mengiringi kita.

Saturday, October 8, 2011

Syeikh Abul Hasan Asy Syadzili : Tentang "Siksaan"


Siksaan itu terdiri dari empat macam :
1. Siksaan melalui adzab.
2. Siksaan melalui hijab.
3. Siksaan melalui pengekangan
, dan
4. Siksaan melalui kerusakan, yaitu kerusakan rahasia batin dalam meraih tujuan.

Siksaan adzab, muncul dari arah pelanggaran hal-hal yang dilarang oleh Allah Ta'ala.

Siksaan hijab, muncul bagi ahli tha'at, yaitu bentuk siksaan yang muncul karena etika ketaatan yang buruk.
Banyak manusia yang masih tidak mempedulikan etika beribadah yang sopan, tidak disiplin dalam beribadah, tidak disiplin dalam bersuci, dan yang lebih parahnya lagi mash banyak manusia yang menghadap Allah Ta'ala dengan pakaian yang tak sopan. sadarlah bahwa itu juga merupakan siksaan bagi ahli ta'at.

Siksa pengekangan, muncul dari arah keteguhan (yang berguncang). kesadaran akan posisi kita sebagai hamba adalah salah satu penyebabnya, dari kurangnya kesadaran itu akan muncul niat yang kurang kuat (sungguh-sungguh), dari niat yang masih lemah itulah goyahnya hati akan mudah terjadi.

Siksa kerusakan, muncul dari arah memburu ketergesaan dan kegelisahanm yang kemudian (terkadang) mempengeruhi seseorang hingga merusak rahasia batin. di masa sekarang, sering kali suasana hati masih di dominasi oleh perasaan terhadap sesama manusia yang kemudian bisa meredupkan rasa cinta kita terhadap Allah Ta'ala.

Janganlah engkau tertutupi oleh kelebihan dari Yang Maha Memberi kelebiihan. aku bertanya, "Ya Tuhan, bagaimana ini.?" DIA menjawab, "Ketahuilah, sesungguhnya wujudmu telah mendahului ilmumu, dan syukur adalah ilmumu". sedangkan wujudmu mendahului apa yang tampak, merupakan anugerah kelebihan-Nya kepadamu. apabila engkau merasa lebih, berarti engkau tertutupi (ter-hijab) kelebihan dari Yang Maha Memberi kelebihan. namun jika engkau berada di sisi-Nya dan bersama-Nya, maka tak ad ayang mendahului maupun didahului.

Dan jika engkau sebagai penyaksi yang muncul dari wujudmu kepada wujud-Nya, berarti engkau tertutup oleh pengetahuan.
Janganlah doamu (yang membuat hajatmu/kebutuhanmu tercapai) menjadikan kegembiraanmu tanpa gembira terhadap munajat kepada Kekasihmu (Allah Ta'ala), sehingga menyebabkan engkau termasuk orang-orang yang terhalangi (ter-hijab).

Thursday, August 18, 2011

Anekdot Al-Junaid


Abul Qasim Al-Junaid bin Muhammad wafat tahun 297 H / 910 M. Beliau adalah pemuka thariqat kaum sufi. Berasal dari Nahawand, namun lahir dan tumbuh besar di irak. Beliau dikenal sebagai seorang faqih dalam bidang mazhab Abu Tsaur, dan berfatwa di halaqahnya ketika usianya baru 20 tahun. Berguru kepada pamannya sendiri, As-Sary, Al-Harits Al-Muhasiby, serta Muhammad bin Ali Al-Qashshab.
Berikut adalah diantara ucapan beliau:
“Bila seseorang benar-benar menghadap Allah SWT selama sejuta tahun, lantas sejenak ia berpaling dari-Nya, segal sesuatu yang telah hilang sejenak itu nilainya lebih banyak daripada yang telah diperolehnya (selama sejuta tahun)”
“Taubat itu mempunyai tiga makna, pertama menyesali kesalahan, kedua berketetapan hati untuk tidak kembali pada dosa, ketiga membela orang-orang yang teraniaya.”

TIPU MUSLIHAT IBLIS.
Al-Junaid mengisahkan, “Suatu hari, aku berhasrat untuk melihat iblis. Aku berdiri di depan pintu Masjid dan melihat seorang lelaki tua mendekat dari kejauhan. Saat aku memandangnya, kengerian memasuki diriku.
‘Siapakah anda?’ tanyaku.
‘Yang ingin engkau temui.’ jawabnya.
‘Sang terkutuk.’ Pekikku.
‘Apa yang membuatmu tidak mau sujud kepda Adam?’
Ia menjawab, ‘Bagaimana menurutmu Junaid, apakah ak harus menyembah selain-Nya?.’
Al-Junaid mengatakan bahwa ia merasa bingung setelah mendengar perkataan iblis itu. Kemudian beliau berkata, ‘Sebuah suara berkata kepadaku dari dalam relung hatiku. Katakanlah (kepada iblis), engkau pembohong..!!! jika engkau benar-benar hamba Allah Ta’ala yang sejati, engkau pasti menuruti perintah-Nya. Engkau tidak akan pernah mengabaikan perintah itu dan bermain dengan penyangkalan.’ Saat iblis mendengar kata-kata itu, ia pun memekik dengan keras, ‘Demi Allah, Junaid. Engkau telah menghancurkanku.” Kemudian iblis itu pun lenyap.

BELAJAR YAKIN.
“Aku belajar keyakinan yang tulus dari seorang pemangkas rambut.” Kenang Al-Junaid, dan ia pun mengisahkan cerita berikut ini.
Suatu hari, saat aku berada di Makkah, seorang pemangkas sedang mencukur rambut seorang laki-laki terhormat.
Aku berkata padanya, “Demi Allah, dapatkah engkau memangkas rambutku?”
“Ya, tentu saja.” Katanya sambil bercucuran air mata, ia tidak menyelesaikan pekerjaannya terhadap lelaki terhormat itu.
“Berdirilah.” Katanya. “Saat nama Allah diucapkan yang lain harus menunggu.”
Ia pun mendudukkanku, mencium kepalaku, dan mencukur rambutku. Lalu ia memberikanku sebuah bungkusan kertas yang berisi sejumlah koin kecil.
“Belanjakanlah uang ini untuk keperluanmu.” Katanya.
Aku pun berketetapan hati untuk memberikan padanya hadiah pertama yang kuterima. Tidak berapa lama, aku dihadiahi sekantong emas dari Bashrah. Aku membawa emas itu kepada tukang cukur.
“Apa ini?” ia bertanya.
Aku menjelaskan, “aku telah berketetapan hati, bahwa hadiah pertama yang aku terima, akan aku berikan kepadamu. Aku baru saja mendapatkan ini.”
"Saudaraku," tukasnya.
"Tidakkah engkau malu kepada Allah SWT? engkau berkata kepadaku, -Demi Allah pangkaslah rambutku- lalu engkau memberiku hadiah. apa engkau pernah mendengar ada seorang melakukan sesuatu karena Allah Ta'ala lalu meminta bayaran?".

SAUDARA SEJATI.
"Zaman sekarang ini, saudara seiman semakin sulit untuk ditemui." kata seorang lelaki di hadapan Junaid.
Junaid berkata, "Jika engkau mencari seseorang untuk menanggung bebanmu, memang orang seperti itu jarang dan sulit sekali untuk ditemukan. namun jika engkau mencari seseorang untuk engkau pikul bebannya, orang seperti itu banyak dan dapat engkau jumpai bersamaku."

KE-ESA-AN ILAHI.
Kapan pun Junaid berbicara tentang ke-Esa-an Ilahi, tiap kali ia memulai dengan ungkapan yang berbeda yang tak dapat dimengerti oleh seorang pun.
Suatu hari, Syibli berada di majelis Junaid dan mengucapkan kata 'Allah'.
Junaid berkata, "Jika Tuhan tidak hadir, menyebut 'Yang tidak hadir' adalah tanda ketidak hadiran (maksudnya, ketidak hadiran Tuhan di hati), dan ketidak hadiran adalah suatu hal yang terlarang. Jika Tuhan hadir, maka menyebut nama-Nya saat membayangkan-Nya hadir (maksudnya, saat Tuhan hadir di hati) adalah tanda ketidak sopanan."

SAKSI BAJU SENDIRI.
Suatu malam, seorang pencuri memasuki kamar Junaid. setelah melihat bahwa tidak ada apa-apa di dalam kamar itu kecuali sehelai pakaian, pencuri itu pun mengambil pakaian itu lalu pergi.
Keesokan harinya, Junaid melewati pasar dan melihat pakaiannya ada di tangan seorang pedagang yang sedang menawarkannya pada seorang laki-laki.
"Sebelum membelinya, aku ingin engkau menghadirkan seseorang untuk bersaksi bahwa pakaian ini memang benar-benar melikmu." kata si calon pembeli.
Junaid pun mendekat dan berkata, "Aku siap untuk bersaksi bahwa pakaian ini memang benar-benar miliknya."
Akhirnya laki-laki itu pun membeli pakaian tersebut.